Senyum Kaku

Baru saja, aku bermimpi mendendangkan lagu cinta. Tidak berisik dan tidak terlalu bising. Sama sekali tidak membuat telinga sakit.

Tapi adakah yang melihat ke dalamnya? Disana tertelusup kesendirian, kedinginan dan luka masa lalu. 

Dan masa lalu yang selama ini ku pendam dalam-dalam, masa lalu yang tak pernah ingin ku ungkit, masa lalu yang sungguh, aku pun ingin menghapusnya. Aku… baru saja, bertemu dengannya. 

Lagi

Aku bertemu dengannya,

Menurutmu, aku harus bagaimana? Bagaimana aku harus terus merekah senyum ketika luka yang terlalu menyayat, tidak bisa ku tolak. Semakin berbalik, semakin aku tak bisa membendung tangis ini. 

Cukup.. sudah cukup, aku tidak mau membuka luka lama. Luka yang sudah pelan-pelan aku rajut kembali. Sekian lama, aku harus berhasil.

Kali ini, pergilah menjauh. Sejauh aku tak bisa menemukanmu lagi. Dari sini sampai kapanpun, bukan kamu yang aku inginkan. 

#luiz

Catatanmu

Katamu waktu itu

Kalau terlalu sering mendengar suara yang terlalu keras, telingamu bisa sakit. Apalagi kalau hatimu dalam keadaan patah. Kamu bisa demam. 

Tapi kamu tidak pernah mau mendengarku. Mungkin karena aku bicara terlalu halus padamu, sampai-sampai kau tak bisa mendengarku. Tapi, bagaimanapun juga aku tidak bisa keras bicara padamu. Karena kau terlalu lembut untuk disayat perasaan.

Mengertilah, kau akan mau mendengarku setelah sekian lama banyak suara yang merusah pendengaranmu, sekaligus hatimu dalam keadaan demam.

Larilah saja padaku, tidak apa. Aku selalu bersamamu. Kau ingatlah saja selalu, aku selalu bersamamu. Sampai kapanpun, 

Sekalipun kau tak menyadari aku ada bersamamu.


Sabar itu, Tanpa Batas

Katanya sibuk itu membuat seseorang lupa dengan masa pahit yang terjadi, dulu. Kalau begitu, sesibuk apa aku harus meneladeni masa gelapku dulu? Sampai mana aku harus menggelandang seperti ini?

Oh ya, sabar tidak ada batasnya. Kata orang-orang aku ini terlalu sabar, dan seharusnya sabar itu harus pada tempatnya. Tidak hanya pada sesuatu yang over. Tapi menurutku, di segala hal, sabar adalah tempat terbaik. Bukankah begitu menurutmu?

Ah sudahlah. Loading page membuatku frustasi. Aku malah duduk jengah dan menghembuskan nafas panjang. Berharap kejenuhan yang tiba-tiba datang ini, bisa segera pulih dan membaik.

29Mei2016

Sama seperti hari-hari sebelumnya, hari ini hari minggu biasa. Tidak ada yang istimewa. Hanya saja, buatku.. hari ini, tanggal ini menandakan semakin tuanya aku. Semakin aku harus belajar dan terus belajar untuk lebih dewasa, lebih mengerti segalanya tidak bisa diukur dengan akal saja. Harus sinkron dengan ikatan batin dan kebanyakan harus ditimbang dengan berbagai rasa meskipun adakalanya pahit. Oh dan rupa-rupanya Mei kali ini lebih menantang untukku.
Selain itu, Mei kali ini, ditemani suamiku, aku berharap bisa lebih baik lgi. Menjadi seorang istri, menjadi seorang anak dari kedua orangtuaku, menjadi bagian pelengkap dan bisa membahagiakan semua orang di sekelilingku.
Tidak ada harapan yang terlalu muluk-muluk. Hanya semoga di Mei kali ini dan tahun-tahun selanjutnya, aku yang manja ini semakin menjadi orang yang baik. Entah di mata banyak orang, maupun Sang Penerang Alam.
Untuk suamiku, adhekku, sahabatku.. terima kasih sudah mengingat hariku yang semakin tua ini ya..

image

Hanya Sekedar Masa Lalu

Selama ini,
Selama aku mengenang tentangmu
Ternyata aku bersikeras menahan perasaan
Aku sudah tahu kau telah pergi
Aku sudah tahu kau bukan untukku lagi
Aku sudah tahu,
Yang tertulisbukanlah tentang kita lagi
Aku sdah tahu dan aku masih saja berharap
Dan begitu bodohnya kau
Meninabobokan perasaan yang tak ada
Menmbang kempiskan kenyataan
Aku dan kamu sudah lama berpisah
Ingin sekali aku membunuh semua tentangmu
Mendesir pelan, membuang keangkuhan
Lalu berjan menjauh darimu
Dan lupa pada kejadian masa lalu
Lupa akan namamu
Lupa akan suaramu
Lupa senyumanmu
Dan lupa, bahwa kau pernah memberi harapan palsu
Dan lupa, bahwa kau bukanlah lagi harapanku
Kau hanya sekedar masa lalu..

Dulu, saja

Yang tak terduga adalah, saya sudah lupa. Bahwa dulu pernah mencintaimu segila itu.

21 Mei 2015

Bawa Saja Aku

Take me to your heart
Take me to your soul
Give me your hand and hold me
Show me what the love is
Be my guiding star
It’s easy,
Take me to your heart

Bawa saja aku ke dalam hatimu, nanti kau akan percaya seberapa besar aku mencintaimu.
Bawa saja aku ke dalam jiwamu, nanti kau akan tahu aku benar-benar tak ingin kehilanganmu.
Percayalah, terlalu sulit untukku mengelak dan berpaling. Kalau saja ada cara untuk pergi, mungkin aku sudah pergi dari dulu.

Burung Camar

Pagi-pagi sudah bertatap muka denganmu. Rasanya, senang sekali bisa melihatmu. Meskipun dari kejauhan, itu cukup untuk membendung perasaan sedihku. Kamu bernyanyi dengan apa yang kamu miliki, kamu menari dengan lenggok yang tidak dipunyai siapapun. Kalau saja aku bisa, aku ingin terus bersamamu.
Burung camar.
Andai saja aku punya sayap indah sepertimu, aku pasti ikut terbang bersamamu. Karena aku tak punya, maukah kamu menjengukku setiap pagi?
Burung camar.

Kedekatan yang Terlalu Berjarak

“Saya tidak menyerah.” Katamu saat itu, “Tapi saya hanya lelah.”
Aku mendengus, menghela nafas agak kasar, bahkan kelewatan keras malah. Tapi aku tidak peduli. Bukankah apa yang kau katakan itu melebihi batas? Apa kau tidak tahu sakitnya? Kalau ingin pergi, pergi saja. Kalau ingin menyerah, silahkan saja. Aku muak dengan alasan-tidak-adil-mu itu.
“Baiklah, aku akan pulang.” Ujarku. Lalu melenggang pergi. Sebelum itu aku masih sempat melihatmu diam tanpa mengangguk atau berbuat apapun.
Lihat saja, aku tidak akan menoleh. Sama sekali. Jika suatu saat nanti kita bertemu, anggap saja itu pertemuan pertama kita. Oke? Maka aku akan dengan senang hati berbelok agar tidak dekat denganmu. Seperti saat ini. Kedekatan yang terlalu berjarak. Ah, sakitnya.

Blog di WordPress.com.

Atas ↑